Alam adalah tempat disebarkannya hikmah, seperti persemaian benih. Hikmah mengucur dari langit laiknya air hujan, karena itulah ia terserak di segala penjuru alam. Kami ingin mencari hikmah di serakan-serakan itu dan menanamnya kembali semampu kami disini, di Taman Hikmah ini.

**************

Dan, terima kasih sudah datang disini. Salama' apoleangatta...... Welcome...... Ahlan wa sahlan......




Senin, September 10, 2007

Mempertanyakan Arung Palakka

Di salah satu mailing list, sosok Arung Palakka kembali dimunculkan. Pemunculan itu dimulai dari sebuah tulisan tentang Arung Palakka yang masih dikomentari bahkan setelah hampir setahun. Tulisan ini ingin memberikan salah satu sudut pandang untuk "meramaikan" diskusi seputar Arung Palakka tersebut.
Arung Palakka adalah sosok kontroversial. Dia dianggap pemberontak oleh sejarah Indonesia yang disahkan pemerintahan Suharto, setidaknya sejarah Indonesia sampai pemerintahan SBY-JK. Karena bekerjasama dengan Belanda dalam meluluhlantakkan kerajaan Goa Tallo pada abad ke-16/17 dan mengalahkan Sultan Hasanuddin yang terlebih dahulu sudah disahkan sebagai pahlawan, cukuplah alasan untuk mencapnya sebagai pemberontak. Sampai saat ini, masyarakat yang mendiami bekas wilayah kerajaan Goa Tallo masih memandang sinis terhadap Arung Palakka, bahkan makamnya yang terdapat di Gowa kelihatan tidak terawat karena stereotif ini. Sementara, sekitar 250km dari Makassar, di wilayah Bone, Arung Palakka dipuja-puja sebagai pahlawan yang telah memerdekakan rakyat Bone dari penjajahan Goa Tallo. Namanya bahkan diabadikan dalam syair tradisional dan wajahnya dihidupkan lewat sebuah patung di Taman Bunga di Jalan Merdeka kota Bone.
Menelusuri tulisan Andaya di Warisan Arung Palakka (Ininnawa: 2004), kita bisa mengetahui lebih banyak tentang latar belakang kehidupan dan "pemberontakan" Arung Palakka. Melihat penderitaan masyarakatnya, bersama-sama dengan rakyat dari kerajaan-kerajaan kecil yang menjadi bawahan kerajaan Goa waktu itu, yang dipaksa oleh raja Goa Tallo untuk bekerja membangun benteng kerajaan, timbul keinginan Arung Palakka untuk membebaskan rakyatnya suatu saat nanti. Setelah melarikan diri dan diburu oleh kerajaan Goa dan sekutunya ke berbagai tempat, Arung Palakka akhirnya melarikan diri ke Batavia. Di sanalah dia berkenalan dengan Belanda.
Arung Palakka sadar betul bahwa dia (baca: kerajaan Bone) tidak akan bisa mengalahkan kerajaan Goa tanpa kekuatan senjata. Oleh karena itu, perjumpaannya dengan Belanda menjadi kesempatan bagi dia untuk menggunakan sebuah kekuatan yang bisa mengalahkan kerajaan Goa. Kesempatan itu berhasil. Arung Palakka dengan bantuan Belanda akhirnya bisa menaklukkan kerajaan Goa, membebaskan rakyat Bone waktu itu, bahkan menjadikan Sulawesi bagian selatan menjadi wilayah pemerintahannya. Dari sinilah masalahnya.
Karena bekerjasama dengan Belanda, Arung Palakka kemudian dicap pemberontak. Akan tetapi, di kalangan masyarakat Bone, Arung Palakka adalah seorang pahlawan yang telah membebaskan rakyat Bone dari penjajahan Goa. Saya berfikir bahwa Arung Palakka sama dengan La Maddukelleng bagi orang Wajo. Ketika beberapa lama kerajaan Bone menjajah Wajo, La Maddukelleng tampil sebagai pahlawan yang membebaskan Wajo dari penjajahan itu dan bahkan kemudian menguasai Bone. Kita harus memahami bahwa relasi kerajaan-kerajaan di Sulawesi pada waktu itu adalah relasi atasan-bawahan, bukan hanya Bone (Bugis) - Makassar, bahkan antara Bone (Bugis) - Wajo (Bugis) pun juga seperti itu.
Lalu apakah Arung Palakka adalah pemberontak? Kita harus melihat konteks sosial politik dimana Arung Palakka hidup untuk menjawab pertanyaan ini. Di hadapan masyarakat Bone, Arung Palakka adalah seorang pahlawan besar. Namun demikian, menurut sejarah Indonesia, sampai saat ini Arung Palakka dianggap sebagai pemberontak karena dia telah bekerjasama dengan Belanda, bahwa dia telah mengkhianati bangsa Indonesia. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, bangsa Indonesia yang mana? Bukankah saat itu bangsa Indonesia belum ada? Tujuan yang diinginkan oleh Arung Palakka ketika bekerjasama dengan Belanda waktu itu hanya satu, membebaskan rakyatnya dari penindasan dan penjajahan Goa. Apakah cita-cita ini bukan sebuah wujud dari "nasionalisme" Arung Palakka yang besar terhadap tanah airnya (baca: Bone)? Saya juga ingin mencatat, hubungan antara Belanda dan Arung Palakka sama dengan hubungan Mandar dengan Goa pada saat Arung Palakka menyerang Goa pertama kali.
Kita bisa memahami kondisi psikososial masyarakat Goa terhadap Arung Palakka pada saat ini. Dia pasti dianggap tokoh yang paling bertanggungjawab terhadap kehancuran kerajaan Goa setelah tertangkapnya Sultan Hasanuddin. Tapi pernahkah kita juga berfikir bahwa kerajaan Bone sudah hancur lebih dahulu karena penjajahan kerajaan Goa?
Disitulah diperlukan kearifan melihat sejarah. Kita harus menumbuhkan sikap kritis ketika kita melihat sejarah masa lalu di masa kini. Sejarah yang telah ditulis selalu memihak, ada latar belakang sosial politik yang mendasari kejadian-kejadian historis yang dituliskan. Membaca sejarah agama lebih menyedihkan lagi. Oleh karena itu, kasus Arung Palakka seharusnya kita baca berdasarkan persfektif abad 17. Apakah itu mungkin? Tentu saja ya, maka marilah kita mengakrabi sumber-sumber sejarah dari mazhab apa saja yang menceritakan tentang Arung Palakka. Kesimpulan yang Anda ambil akan sangat mempengaruhi kedewasaan Anda dalam bersejarah.
Karena itu, ketika membahas ushuluddin, sebuah ilmu tradisional yang membahas masalah-masalah pokok dan pondasi keberagamaan, saya menganggap bahwa belajar sejarah hampir sama pentingnya dengan belajar tentang Tuhan.
Balikpapan,
10 September 2008

37 komentar:

Kamaruddin Azis mengatakan...

SATU KATA: SEPAKAT! (EH PLUS TANDA SERU JUGA......)

noertika mengatakan...

Sejarah tentu saja sangat subyektif, karena ia adalah kronik para pemenang. pemenanglah didefinisikan sebagai rezim yang memegang otoritas penulisan segala sesuatu yg menyangkut kronik bangsa itu. seandainya Belanda masih menjajah indonesia, maka sejarah akan ditulisnya berbalik, Hasanuddin lah yang pengkhianat, karena menjajah bangsa sendiri. sedang bangsa Wajo selamanya akan menjadi budak dibawah kekuasaan Bone.
Saya sepakat, kita mesti arif membaca sejarah.

http://daengrusle.com

Anonim mengatakan...

sepanjang yang saya baca tentang sejarah bugis-makassar-mandar memang arung palakka didudukkan sebagai pemberontak dan bukan pahlawan, oleh karena pemerintah Indonesia dalam usahanya 'mempersatukan' Indonesia mencari figur-figur yang mempunyai karakteristik nasional (sehingga jadi satu identitas) dan akhirnya melupakan bahkanmengabaikan karakteristik lokal yang unik dan mngkin tidak sama dengan nasional.
konteks kini tentu beda dengan konteks dulu.
siapapun keturunan arung palakka pasti akan memuja beliau sebagai pahlawan, siapapun keturunan sultan hasanuddin tentu akan mengenang pahit arung palakka sebagai pembunuh sultan hasanuddin.
menurut tulisan yang saya baca pula, pada zaman itu dikalangan kerajaan bugis bukanlah struktur atasan bawahan tetapi struktur kakak adik yang saling menyayangi dan membantu, kecuali wajo yang cenderung lepas dan merasa merdeka. karena itulah ada istilah sempugi/sempulolota sebagai istilah persaudaraan orang bugis. beda dengan makassar yang cenderung menganggap bugis sebagai bawahan/jajahan, maka tentu wajar arung palakka memberontak.
satu fakta pula bahwa jika sejarah nasional mengajarkan bahwa Indonesia dijajah selama 350 tahun oleh Belanda, tetapi sesungguhnya Belanda baru benar-benar menjajah sulawesi selatan sejak tahun 1905 yaitu sejak peristiwa rumpa'na bone.
ketika Arung palakka berhasil menumbangkan sultan hasanuddin dengan bantuan belanda, posisi arung palakka dengan belanda adalah mitra, belanda tidak bisa seenaknya bertindak di tanah bugis karena pasti akan ditentang oleh arung palakka, disinilah arung palakka menunjukkan siri'nya (patettong siri'na).
karena kehadiran Belanda di tanah bugis tidak di ridhai oleh sebagian bangsawan bugis, maka untuk tetap menjaga kehormatannya, tak ingin bekerjasama dengan belanda yang memonopoli mereka keluar merantau. sampailah mereka ke melayu menguasai pulau tumasik yang sekarang singapura, sampailah mereka ke johor yang karena sesuatu hal mereka menjadi raja pula disana sebagai raja muda dan raja tua (seperti tomarilaleng malolo dan tomarilaleng macua di bone) dan mereka berkuasa di lingga kepulauan riau di pulau penyengat. jadi pahlawan pula mereka disana. mereka adalah Raja Ali Haji fisabilillah yang mengarang buku tuhfat al-nafis (versi melayu sure galigo), gurindam duabelas, dan salasilah melayu-bugis, serta buku kamus melayu yang kemudian menjadi dasar pengembangan bahasa melayu baik di Indonesia maupun di Malaysia.
lalu ?
ternyata sejarah kita penuh kemulian, kegagahan, kepahlawanan, kehebatan.
maka....
tegakkan kepalamu
patettong siri'mu,
kembalikan kejayaan kita dulu
EWAKO

Sukimin sementara di Bandung

Anonim mengatakan...

Bagian yang hilang dari semua penceritaan ARung Palakka adalah tokoh ini pernah singgah ke Batavia dan membangun persekutuan dengan Speelman dan pria Ambon bernama Kapitan Jonker. Kerjasama ketiga tokoh ini yang kemudian membuat Belanda demikian kuat. Palakka pernah dikirim Belanda untuk menghabisi pemberontakan di Minangkabau terkait emas salido. So, itulah ironi sejarah. Pahlawan di satu sisi, tapi bisa jadi bencana bagi sisi lain.

bone mengatakan...

memang arung palakka di sejarah indonesia dikenal sebagai pemberontak tap kami warga bone menganggap beliu sebagai figur yang patut dajadikan sosok pemimpin.

bone mengatakan...

kepada warga bone jangan menilai arung palakka dari sisi negatif tp nilailah dari segi fositifnya kerena dengan perjuangnnya sehigga kerajaan bone bisa merdeka dari kerajaan gowa tallo

bone mengatakan...

ewako bone tanah pengabdianku.makkawawo maneng tawe kecuali taw bone.

Anonim mengatakan...

secarah hakikik sejarah sangat objektif tapi penulisnyalah yang menjadikan sejarah subjektif, semua tergantung siapa yang memerintah negara pada saat itu, sarat dengan tendensi politik, jadi saya sepakat bahwa kita harus merubah ingatan kolektif bangsa indonesia bahwasanya Arung Palakka bukanlah penghianat akan tetapi pembebas bagi rakyatnya yang sedang tertindas, sebab masa itu belum ada konteks nasional, siapapun yang ada pada saat itu jika bisa dianggap bekerjasama untuk bisa bebas dari belenggu penindasan maka hal itu wajar saja bahkan setanpun bisa diajak bekerjasama jika sudah tidak ada lagi jalan keluar, dan satu hal yang perlu kita ingat bahwa sosok yang mulia Latenri Tatta adalah intelektual tangguh dimana setelah cita-cita luhurnya tercapai dia bahkan balik memerangi kompeni belanda jadi itu sebuah strategi perang yang sebenarnya jauh sebelumnya sudah dipikirkan oleh leluhur kita,sama seperti perjuangan teuku umar di kerajaan aceh darussalam.
semoga kita semua lebih arif menyikapi hal ini...
Wassala.
- irfan -
nanggroe aceh darussalam

WIJA TO BONE mengatakan...

Yah.....begitulah para pendapat berbagai orang di negara ini yang tak pernah membaca sejarah mengapa ARUNG PALAKKA TO RISOMPAE bekerja sama dengan kompeni pada waktu itu, mereka tidak tau bagaimana rasa perih yang di tanam dalam hati ARUNG PALAKKA. sesungguhnya kalau kalian mau tau cerita sebenarnya, ARUNG PALAKKA itu pada masa kecilnya di kerajaan GOWA yang pada waktu itu manyarakat Kerajaan BONE yang jumlahNYA ribuan orang dipekerjakan secara paksa oleh raja gowa untuk menggali parit atau sungai sekeliling BENTENG SOMBA OPU. dan pada suatu waktu orang tua ARUNG PALAKKA melihat beberapa orang BONE dibunuh karena mereka melarikan diri. dan orang tuanya ARUNG PALAKKA (La Pottobune Arung Tanatengnga Datu Lompulle) merasah sangat ibah, karena rakyatnya telah di bunuh, maka berontaklah orang tua ARUNG PALAKKA tersebut dan menewaskan begitu banyak orang-orang sakti atau panglima kerajaan GOWA, tetapi dia (La Pottobune Arung Tanatengnga Datu Lompulle) tidak bisa terbunuh karena memilki ilmu kebal yang sangat sakti mandra guna, dan diutuslah begitu banyak orang untuk menangkapnya lalu dimasukkan ke dalam lesung besar(alat untuk menumbuk padi) untuk ditumbuk karena dia tidak bisa mati dengan benda tajam dan matilah orang tua ARUNG PALAKKA (La Pottobune Arung Tanatengnga Datu Lompulle) Dan pada saat itu bertambalah penderitaan ARUNG PALAKKA sehingga dia pulang ke tanah ogi (bone) dan meminta kepada pemerintah yang mnduduki jabatan di kerajaan bone (RAJA BONE) dan kemudian pasukan dari kerajaan GOWA memburunya (ARUNG PALAKKA) ke berbagai tempat. Dan kemudian sampailah ARUNG PALAKKA di BATAVIA untuk mrminta bantuan KOMPENI untuk membalas sakit hati ARUNG PALAKKA yang telah diurai kerajaan GOWA. Nah..... bagaimana coba, kalau hal tersebut menimpa anda...???? pasti anda akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan ARUNG PALAKKA....!!!!! dan soal ARUNG PALAKKA menyerang MINANGKABAU, bukan namanya menye rang bangsa sendiri. Pada masa itu kan belum ada yang namanya INDONESIA, hanya kerajaanlah konstitusi yang tertinggi. Demikianlah penjelasan singkat dari kami, MASYARAKAT TANAH OGI (BONE), dan saya sampaikan kepada MASYARAKAT GOWA atau MAKASSAR, siapa suruh orang kebanggaan kalian semua memperbudak saudara-saudara kami dahulu.. MAU DIBILANG JAGO YAA...??? dan yang semestinya yang dijuluki AYAM JANTAN dari TIMUR oleh KOMPENI adalah ARUNG PALAKKA..

FAKTA YANG MENGATAKAN,,
jadi kalau tidak tau sejarah jangan asal komentar..

WIJA TO BONE mengatakan...

Yah.....begitulah para pendapat berbagai orang di negara ini yang tak pernah membaca sejarah mengapa ARUNG PALAKKA TO RISOMPAE bekerja sama dengan kompeni pada waktu itu, mereka tidak tau bagaimana rasa perih yang di tanam dalam hati ARUNG PALAKKA. sesungguhnya kalau kalian mau tau cerita sebenarnya, ARUNG PALAKKA itu pada masa kecilnya di kerajaan GOWA yang pada waktu itu manyarakat Kerajaan BONE yang jumlahNYA ribuan orang dipekerjakan secara paksa oleh raja gowa untuk menggali parit atau sungai sekeliling BENTENG SOMBA OPU. dan pada suatu waktu orang tua ARUNG PALAKKA melihat beberapa orang BONE dibunuh karena mereka melarikan diri. dan orang tuanya ARUNG PALAKKA (La Pottobune Arung Tanatengnga Datu Lompulle) merasah sangat ibah, karena rakyatnya telah di bunuh, maka berontaklah orang tua ARUNG PALAKKA tersebut dan menewaskan begitu banyak orang-orang sakti atau panglima kerajaan GOWA, tetapi dia (La Pottobune Arung Tanatengnga Datu Lompulle) tidak bisa terbunuh karena memilki ilmu kebal yang sangat sakti mandra guna, dan diutuslah begitu banyak orang untuk menangkapnya lalu dimasukkan ke dalam lesung besar(alat untuk menumbuk padi) untuk ditumbuk karena dia tidak bisa mati dengan benda tajam dan matilah orang tua ARUNG PALAKKA (La Pottobune Arung Tanatengnga Datu Lompulle) Dan pada saat itu bertambalah penderitaan ARUNG PALAKKA sehingga dia pulang ke tanah ogi (bone) dan meminta kepada pemerintah yang mnduduki jabatan di kerajaan bone (RAJA BONE) dan kemudian pasukan dari kerajaan GOWA memburunya (ARUNG PALAKKA) ke berbagai tempat. Dan kemudian sampailah ARUNG PALAKKA di BATAVIA untuk mrminta bantuan KOMPENI untuk membalas sakit hati ARUNG PALAKKA yang telah diurai kerajaan GOWA. Nah..... bagaimana coba, kalau hal tersebut menimpa anda...???? pasti anda akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan ARUNG PALAKKA....!!!!! dan soal ARUNG PALAKKA menyerang MINANGKABAU, bukan namanya menye rang bangsa sendiri. Pada masa itu kan belum ada yang namanya INDONESIA, hanya kerajaanlah konstitusi yang tertinggi. Demikianlah penjelasan singkat dari kami, MASYARAKAT TANAH OGI (BONE), dan saya sampaikan kepada MASYARAKAT GOWA atau MAKASSAR, siapa suruh orang kebanggaan kalian semua memperbudak saudara-saudara kami dahulu.. MAU DIBILANG JAGO YAA...??? dan yang semestinya yang dijuluki AYAM JANTAN dari TIMUR oleh KOMPENI adalah ARUNG PALAKKA..

FAKTA YANG MENGATAKAN,,
jadi kalau tidak tau sejarah jangan asal komentar..

Anonim mengatakan...

pemberontak tetap pemberontak...tidak ada alasan untuk seorang penghianat..

Anonim mengatakan...

Setiap pemimpin mempunyai alasan masing2. Tapi janganlah kesalahan masa lalu para pemimpin kita memicu kita yang sudah bersatu dalam wadah Indonesia membuat kita terpecah belah. dunia saat ini tak mengenal Kerajaan Bone atau Gowa tallo. yang mereka tahu hanyalah Indonesia. Yang terjadi pada masa lalu kemungkinan dikarenakan kesalahan dalam berkomunikasi. Jadi saat ini jangan sampai komunikasi malah membuat kita berseteru. Wahai Rakyat-ku darah Bugis masih mengalir dalam darahku. Tapi Mungkin bila ARung Plakka masih hidup saat ini, Beliau tidak ingin kalian bercucuran darah kembali. dan seandainya Sultan Hasanudin hidup pun, sebagai Raja Beliau pasti tidak menginginkan peperangan yang dapat membuat rakyatnya menderita. Kita sudahi dan upakan segala kesalahan masa lalu Raja-Raja kita. Dan kenanglah mereka pada bagian positifnya. AKRA

Anonim mengatakan...

SAMPAI KAPANPU ARUNG PALAKKA ADALAH PAHLAWANKU SEPANJANG MASA....>>>
BONEKU ARUNG PALAKKA_KU...

Anonim mengatakan...

****SULTAN HASANUDDIN tidak bisa mengalahkan keponakannya****

Menurut kami, kita tidak boleh melihat seolah-olah yang berseteru hanya SULTAN HASANUDDIN dan ARUNG PALAKKA, karena pada perang Makassar Kerajaan Gowa-Tallo dikepung oleh Belanda yang dibantu oleh, Buton, Bacan, Maluku, dan pasukan Arung Palakka yg terdiri dari orang-orang Bugis-Makassar sendiri.

Sultan Hasanuddin menyadari bahwa dia telah diadu domba dengan kerajaan-kerajaan kekuasaanya oleh pihak belanda. yang lebih menguntungkan pihak belanda.

Dalam sejarah PERANG MAKASSAR, Sultan Hasanuddin terpaksa menanda tangani PERJANJIAN BONGAYA karena tidak menginginkan terjadinya PERANG SAUDARA dan atas dasar pertimbangan politis untuk menyelamatkan rakyatnya dan sisa pasukan yang tetap setia berjuang melawan VOC (belanda) dan sekutunya. Beliau Bersumpah tidak akan pernah bekerjasama dengan belanda.

Beliau juga mengisinkan putranya Kareng Galesong yang kecewa dengan perjanjian Bungaya untuk memimpin ribuan pasukan Tubarani menuju pulau Jawa membantu Pangeran Trunojoyo yang tidak senang dengan Raja Mataram yang berpihak kepada belanda..

Dalam sejarah penaklukan Kerajaan-kerajaan di-Nusantara, Belanda mengalami kerugian terbesar dan pengerahan pasukan terbesarnya sewaktu menyerang Kerajaan Gowa-Tallo yang dipimpin oleh rajanya yang bernama I Mallombassi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape SULTAN HASANUDDIN Tumenanga ri Balla Pangkana.

SULTAN HASANUDDIN dijuluki oleh Belanda De Haantjes van Het Oosten (Ayam Jantan Dari Benua Timur) karena perjuangannya yang Gigih melawan Belanda dengan mengerahkan ribuan kapal armada laut, ribuan meriam, serta ratusan ribu ta'bala tubarani.

Dan pada tanggal 6 November 1973 berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973 Beliau dingkat sebagai Pahlawan Nasional.

Semoga Beliau diterima disisi Allah SWT....

Sudah jelas saat bangsa asing (Belanda) masuk ke Indonesia melirik kekayaan Negara indonesia termasuk makassar, kemudia mencari potensi konflik yang cocok dijadikan trik menguasai Negara jajahannya... yaitu: dengan cara adu domba antar suku dan budaya sehubungan dengan Indonesia adalah negara yang majemuk terdiri dari berbagai pulau besar dan kecil yang didalam nya ada berbagai keaneka ragaman suku dan budaya.
maka adu domba adalah trik yang sangat berpotensi untuk menguasai Indonesia... Untuk itu mari kita belajar sejarah: dulu kita diadu domba antar Kerajaan yang masih satu pulau... dan sekarang apakah kita masih harus konflik antar saudara lagi?? konflik Antar Agama di Ambon dan Poso, konflik Suku di Papua, dan yang paling memprihatinkan adala Bentrok AntarMahasiswa di "MAkassar".... mari kita sama-sama berfikir untuk tidak mengulang sejarah yang pahit untukBangsa Indonesia... Jangan Biarkan Ibu Pertiwi Nangis Lagi...!!!!!!!!!

Madong Arizona mengatakan...

Sekedar Komen,..

Tabe maraja,

pada saat menuliskan Arung Palakka, ada sebaiknya jika dituliskan pula nama orangx.

perlu diketahui. Arung Palakka adalah "nama gelar raja" bagi siapa saja yang menjabat raja di Palakka dari sejak kerajaan palakka berdiri hingga memasuki era kemeredekaan RI tahun 1945.

Jika dikatakan bahwa Arung Palakka bekerjasama dengan Belanda,.. apa benar iyya? coba liat, begitu banyak Arung Palakka. dan tidak semuanya bekerjasama dengan belanda.

tahun 1906 pada peristiwa "Rumpa'Na Bone" jelas jelas, mangkaue ri Bone bekerjasama Arung Palakka, datu Soppeng dan Arung Matoa Wajo berperang melawan Belanda hingga titik darah penghabisan. untuk peristiwa ini masih maukah anda mengatakan Arung Palakka bekerjasama dengan Belanda? dan menganggapx sebagai penghianat?

Nuris mengatakan...

Sejarah tidak pernah lepas dari kepentingan politik..Indonesia lahir dari pembebasan bangsa kita dari Belanda, pendiri bangsa kita memproklamirkan kemerdekaan dari belanda dan Hindia belanda akhirnya berubah jadi Repubulik Indonesia tahun 1945..Apa ideologi awal yang bisa mempersatukan Indonesia..Islam? bukan ! krn banyak daerah di indonesia bukan islam..bahasa indonesia? bahasa indonesia belum mapan pada saat indonesia merdeka, lagi pula asal bahasa indonesia dari bahasa melayu, saat itu penutur bahasa jawa, jauh lebih banyak dari bahasa indonesia..singkat kata..yang bisa mempersatukan bangsa ini hanyalah 'sama sama pernah dijajah oleh Belanda, sama sama pernah disakiti belanda'..atau dengan kata lain Belanda adalah musuh bersama..Implikasinya ya, semua yg melawan Belanda adalah Teman/Pahlawan..semua yang berteman dengan Belanda adalah Pengkhianat..Inilah yang mendasari kenapa Republik Indonesia, menganggap Sultan Hasanuddin adalah pahlawan dan Arung Palakka adalah Pengkhianat..ini demi kepentingan yg lebih besar yaitu persatuan indonesia..walapun 'dipaksakan', krn satu konteks abad 17 (masih kerajaan) dan satunya abad 20 (indonesia baru ada).

Nuris mengatakan...

TAMBAHAN.. jadi semua benar sesuai dari mana sudut dia memandang..To Ugi (Umumnya) dan To Bone (khususnya) jelas marah kalau Arung Palakka disebut pengkhianat krn saat itu negara bone dijajah ama gowa..jadi jelaslah dia mau membebaskan bangsanya..bagaimanapun caranya ya, dilakukannya demi cita cita itu..saat itu yang bisa imbangi kekuatan kerajaan gowa, hanya voc di batavia..akhirnya dia kerjasama..KALAU orang Gowa pasti memuja sultan hasanuddin, jelaslah, sultan hasanuddin membuat mereka bangga, bagaimana tidak, sultan hasanuddin dan kerajaannya dapat menaklukkan hampir seluruh sulawesi, nusa tenggara, dan maluku..Sultan hasanuddin menaklukkan bone demi perluasan wilayah..SEMUANYA HARUS DIKEMBALIKAN KE POLITIK..trims

Anonim mengatakan...

hehe, sy sedikit mau membetulkan fakta,, siapa sebenarnya yang dikhianati arung palakka to malampe e gemmena, INDONESIA? negara yang belum ada pada saat itu? saya rasa juga bukan hanya raja disulawesi yang selalu mengadakan perluasan wilayah dengan cara peperangan, raja2 di jawa jg,
dan lagi disini teman2 mgkn hanya mendapat informasi dari buku sejarah dan recokan dari penulis2 diluar sulawesi selatan,, ingat yang mereka tau hanya sumber lisan bukan tulisan, mereka hanya mendengar tradisi lisan tanpa meliat langsung lontara yang ada, ini mgkn kesalahan orang2 dulu, karna lontara memang dibuka ada waktunya dan harus dengan ritual tertentu,,
sedikit fakta tentang sultan hasanuddin dan arung palakka adalah, beliau berdua tidak pernah berselisih, jika memang arung palakka mau memberontak kenapa tidak lari kebenteeng panakukang saja, knp mesti lari ke tempat lain sampai batavia, cukup menyebrang sungai,, masalah penggalian parit selalu dipermasalahkan,, penggalian parit itu tahun 1661 sedangkan arung palakka sudah dibatavia tahun 1660,, dan lagi kalau memang arung palakka mau memberontak, kenapa beliau tidak lgsng lari ke bone, kenapa mesti ke lise" dulu,, ada apa di bone,, saya harap teman2 disini bisa mengkaji secara rasional apa yang terjadi sebenarnya, jgn hanya menerima saja,, tanpa mempelajari dengan seksama,, makasih,,

Anonim mengatakan...

Gowa juga dibantu negara eropa waktu itu, yaitu inggeris dan portugis. pada waktu perang berlangsung ada kapal inggris ditenggelamkan di lepas pantai makassar(kalau tdk salah).

Gowa bisa mengalahkan beberapa kerjaan di sulsel karena sdh memiliki persenjataan teknologi eropa seperti meriam dan senapan.

Pada saat perang bukan hanya gowa dan bone yang terlibat. dipihak Gowa setidaknya ada Gowa, Wajo, Luwu, Mandar, dan Bima ditambah bantuan tidak langsung dari Portugis dan Inggeris. dipihak bone setidaknya ada Bone, soppeng, buton, ternate, dan turatea , serta Belanda.

Celakanya daerah peperangan berada di wilayah Gowa. Sehingga menyebabkan kelaparan.

Pada waktu itu, masyarakat sulsel menderita semua daerah di landa kelaparan, karena tidak ada bisa bertani.

Jadi masyarakat sulsel tidak usah berpikir ke belakang, sebaiknya berpikir ke depan untuk memajukan sulsel tidak ada yang lebih ungul di sulsel, semua sama. ewako

Unknown mengatakan...

berbagai ragam versi.. yg satu blg penghianat.. yg satunya blg pahlawan.. belum terlalu jelas.. tp apapun perkataan org kepada mereka berdua.. sy tetap menganggap mereka berdua adalah PAHLAWAN...

Anonim mengatakan...

Namanya pengkhianat tetap pemngkhianat......

www.aadmogimba.blogspot.com mengatakan...

kalau kita berbicara tentang sejarah arung palakka dan hasanuddin, janganlah kita berbicara dengan menyebut nama indonesia... karena pada saat itu mereka bukan berperang untuk bangsa indonesia tapi untuk mempertahankan suku bangsanya masing-masing, pada masa itu masyarakat Bone yang mayoritas masih merasa terjajah oleh kerajaan gowa. ya wajarlah kerajaan Bone melakukan perlawanan karena untuk mempertahankan harga-dirinya yang selalu tertindas dan dianggap bawahan oleh kerjaan gowa...
bangga diriku mengalir darah arung palakka, karena bagi aku Arung Palakka adalah pahlawan bagi masyarakat Bone untuk melepaskan diri dari penjajahan kerajaan gowa...

Anonim mengatakan...

Sy sangat menghormati Arung Palakka. Sebab beliau adalah nenek moyang saya/saya keturunannya. Lagipula, kata kakek saya, ibukota Sulsel diberi nama Makassar, karena sifat penduduknya yang kasar. Bukankah Gowa-Tallo merupakan wilayah Makassar?

Anonim mengatakan...

Sejak dahulu Makassar ( Gowa - Tallo ) adalah wilayah strategis untuk perdagangan berbagai hasil bumi dan kaya akan sumber Alam, maka bangsa-bangsa eropa, seperti Portugis, Denmark, Inggris, Belanda dll, bangsa -bangsa serumpun seperti melayu, Cina, bahkan suku Bugis, Toraja, Mandar, Jawa dll juga tertarik ke Makassar untuk mencari kehidupan dan perdagangan. Sultan Hasanuddin adalah seorang yang cinta damai, dibuktikannya dengan memberikan, mempersilahkan bangsa-bangsa lain untuk berdagang di Makassar, tetapi Belanda mau memonopoli dan tidak ingin bangsa lain berdagang di Makassar.Sultan Hasanuddin mengatakan bahwa kekayaan alam ini yang berada di Makassar adalah milik Allah SWT. semua bangsa-bangsa dapat berdagang tidak terkecuali.Sejak dahulu Sultan Hasanuddin senang berdagang bukan ingin menguasai daerah - daerah lain, sebaliknya daerah-daerah lain yang dijajah meminta bantuan kepada Sultan Hasanuddin.Sultan Hasanuddin tidak pernah menyerah dalam perjuangannya, beliau menandatangani Perjanjian Bungaya karena beliu cinta terhadap rakyatnya dan rakyatnya cinta terhadap Rajanya, yang telah menderita akibat peperangan melawan Belanda yang dibantu oleh Arung Palakka. Belanda dan Arung Palakka datang dari daerah lain yang masuk ke Makassar itu berarti Penjajah kalau merasa sepermainan berarti Penghianat.Sangat jelas Belanda ingin menguasai Makassar berarti orang-orang yang tinggal diwilayah Makassar yaitu Bugis, Melayu, Jawa dll sewajarnya dapat membantu membangun benteng - benteng untuk pertahanan melawan Belanda. Sampai saat ini sampai dunia kiamat, walaupun belia telah wafat Perjuangan Sultan Hasanuddin untuk mempertahankan daerahnya tidak pernah padam dan terpatri pada diri para keturunannya dan rakyatnya. Kami Diam bukan berarti Diam.
Ini rumah kami, ini daerah kami, ini tanah air kami Makassar, Tallo dan Gowa. Bukan tanah Bugis. Jadilah Pahlawan Sejati.Keturunan Sultan Hasanuddin DaEngta Macaya

syolahuddin mengatakan...

Perseteruan Antara Arung Palakka Dan Sultan Hasanuddin Adalah bagian Kecil Dari Sejarah Sul-sel, Banyak Sekali Persamaan Antara Gowa Dan Bone, Mengapa Perbedaan Yang Harus Di angkat Ke Permukaan?

Anonim mengatakan...

Anak baru yaa?
Jdi bgini adek, ibukota sulsel dulunya itu bernama UJUNG PANDANG, nanti pada tahun kisaran 1996(klo tdk salah) berganti nama menjadi MAKASSAR,, jadi jaganlah menghubung2kan dengan kerajaan Gowa-Tallo

putra farel mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
putra farel mengatakan...

Mengkasara..bkn makassar.sultan alauddin bermimpi melihat nabi muhammad smenjak i2 daerah kekuasaan.x di mengkasara artinya nampak.q nabi. Bkn kasar tolol..kakek.x nda skolah cucu.nya juga tdk dasar tolol

putra farel mengatakan...

Masih banyak.jie orang bugis yg layak di sebut pahlawan saya heran yg jelas2 penghianat.nda muslim.beristri non muslim(bule) masih trus mau di paksakan jadi pahlawan..nda punya keturunan lagi..

putra farel mengatakan...

Mengkasara....klihatan nabi..bukan kasar topol..kakek.mu i2 yg dongo sama sperti cucu.x

Anonim mengatakan...

Kan diatas udah banyak yg dukung Arung Palakka, skr sy coba lihat dr perspektif Kerajaan Gowa. Singkat aja,
1. Atas dasar dan alasan apapun kt sebagai pemimpin tidak boleh kerjasama dgn penjajah (Belanda).
2. Ada yg mengatakan " Pada zaman itu tidak dikenal nama Indonesia, yg ada hanya Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone dsb, jadi tidak masalah meminta bantuan kepada Belanda ", coba anda bayangkan bila Anda ada pada masa itu, apakah anda rela dan tega meratakan kerajaan tetangga anda yg secara rumpun dan budaya (bahkan warna kulit) sama dgn meminta bantuan dari Belanda (orang jauh dan beda ras) yg secara jelas pada saat itu sudah diketahui bahwa Belanda posisinya sebagai penjajah ?
3. Dari banyak referensi yg sy baca tidak ada yg menyebutkan bahwa Sultan Hasanuddin selaku raja Gowa memerintahkan perbudakan, kekerasan terhadap masyarakat Bone. Sy rasa bawahan Raja itu yg berkelakuan keji, jadi jgn digeneralisir bahwa Kerajaan Gowa keji semua. Apa anda bisa menjamin sewaktu Bone menjajah Wajo tidak ada kekerasan disana ?

Ini pendapat sy aja, maaf klo ada yg marah yah, sekali lg maaf, tdk ada maksud apa2..

bhiersabirin mengatakan...

sejarah mencatat dalam beberapa lontara, makassar, bugis, mandar, bahwasanya raja arung palakka yang kesekian.... memang bekerjasama dengan penjajah. dan itusangat jelas dri berbagai sumber, jadi tidak ada yang perlu di pertanyakan lagi, bahkan kerajaan yang ada di mandar juga pernah diajak bekerjasama atas usul raja bone tapi raja-raja mandar tetap teguh pendirian. apapun alasannya kita tidak boleh bekerjasama dengan penjajah. lebihbaik mati daripada berkhianat pada negeri sendiri.

Unknown mengatakan...

Yang aneh sekrang Arung palakka makamnya di dsamping makam Sultan Hasanuddin di Gowa,,,voba telusuri sejarah,,,apakah sebegitu menyesalnya Arung qt sama Sultan Hasanuddin,,dan yg perlu qt tahu yg buat kerja paksa bukan tihta Sultan Hasanuddin,apalgi raja tallo ayah angkat skaligus guru arung kita,,,cari tahu di lontara,kemudian singkrongkan dengan bukti yg ad sekarng itu bisa membuka wawasan masa lalu...tq teman2

samri firman mengatakan...

Sy pernah berada di suatu desa..di kcmtan palakka,sy melihat penduduk di sana msi banyak yg mengamalkn..tradisi mereka..tp sblumya sy mnta mf..sy cuma minta pendapat..contoh:sy mlihat penduduk di sana..
Masih banyak meminta doa,di pemakaman pahlawan2 terdahulu..sedangkan..mereka semua muslim..??bg sy..allah lh yg patut tempat kita meminta...

Unknown mengatakan...

Pesan moralnya, jangan pernah merendahkan harkat dan martabat suku/bangsa/orang lain, hormati dan manusiakan apapun sukunya,adat ustiadatnya, keyakinan dan kepercayaannya.

Unknown mengatakan...

Arung palakka bisa menaklukkan kerajaan di sumatra,jawa,makassar,krena bantuan belanda yg pada saat itu senjatax sdh canggih..fakta sejarah lontara makassar,Arung palakka hampir mati saat berhadapan satu lwan satu dengan karaeng karunrung di benteng somba opu dan dselamatkan oleh belanda..Arung palakka juga mnrut sejarah tdak prnh langsung bertarung lgsung dengan sultan hasanuddin..prjanjian bungaya di adakan krena sultan tdk ingin prtumpahan darah dgn saudarax..Arung palakka hnya dendam kpd krg.karunrung.dan saking cintax Arung palakka kpada ayah tirix krg pattingalloangdan sdr trix s.hasanuddin ,di akhir hayatx Arung palakka mminta dmkamkan di pmkaman raja2 gowa tallo,bkan di bone..jika Arung palakka tdak dbantu oleh belanda,tdk akan prnh bs mnglahkan gowa,,krna ilmu sakti Arung palakka smuax bljr dri makassar.

Anonim mengatakan...

alasan orang bone disini mengatakan kalau arung palakka tdk tega melihat rakyatnya menderita jadi bekerjasama dengan VOC menaklukkan makassar,,,tapi apa orang bone tdk bertanya di sini bahwa kelakuan arung palakka sebenarnya lebih kejam dari sultan hasanuddin...contohnya arung palakka membumi hanguskan kerajaan minangkabau dan mataram atas perintah VOC dan menyerahkan kerajaan tersebut ke VOC...padahal raja minangkabau dan mataram itu mempertahankan juga negrinya agar tdk jatuh ke tangan VOC sebab jika jatuh ke VOC bisa bisa rakyatnya jadi melarat dan dikerjakan paksa juga.............jadi orang bone di sini tdk masuk akal ibarat mencuci dosa tetapi membuat dosa lebih besar lagi atau menunjuk kesalahan orang lain tetapi kesalahannya sendiri sama yang dia perbuat ke kerajaan lain malahan lebih besar karena 3 tempat yaitu MINANGKABAU....MATARAM...BATAVIA...