Alam adalah tempat disebarkannya hikmah, seperti persemaian benih. Hikmah mengucur dari langit laiknya air hujan, karena itulah ia terserak di segala penjuru alam. Kami ingin mencari hikmah di serakan-serakan itu dan menanamnya kembali semampu kami disini, di Taman Hikmah ini.

**************

Dan, terima kasih sudah datang disini. Salama' apoleangatta...... Welcome...... Ahlan wa sahlan......




Rabu, November 21, 2007

Betapa Sering Tuhan Diajak Maksiat

Saya kaget sekali lagi pagi ini. Kompas online memberitakan, seorang Bapak di Kolkata, dulu Kalkutta, India, dibebaskan dari tuduhan bahwa dia mengawini anak kandungnya karena tidak cukup bukti. Tapi bukan itu yang mengagetkan saya, justru yang menikam sumsum adalah pengakuan Afazuddin Ali (36) sang Bapak, bahwa apa yang dilakukan itu bukanlah kriminal, "semua dilakukannya karena perintah Tuhan."

Sekarang, banyak orang yang mengaku menerima perintah Tuhan langsung. Ahmad Mosaddeq, yang menghebohkan Indonesia dengan al-Qiyadah-nya juga mengaku menerima perintah Tuhan. Tapi ini masih "tidak seberapa." Yang mencengangkan adalah, banyak kejahatan yang dilakukan atas nama Tuhan, seperti kejahatan Afazuddin ini. Dalam konteks yang hampir sama, meledakkan bom dan melukai orang-orang tak berdosa di tempat yang tidak ada peperangan, juga adalah kejahatan atas nama Tuhan.

Mengambil contoh kasus di Kolkata ini, betapa tidak cerdasnya orang beragama. Atau agama hanya dijadikan tameng untuk menutupi dan memoles kejahatan? Yang paling durhaka adalah menyebut-nyebut Tuhan untuk menjustifikasi perbuatan buruk yang dilakukan seseorang. Lalu sedemikian burukkah wajah agama itu?

Setiap komunitas pasti memiliki anggota yang jumud dan anggota yang rasional. Sayangnya, agama lebih sering dilihat dari orang-orang jumudnya. Namun bisa jadi, kejumudan Afazuddin itu justru lahir dari pemahamannya yang "mendalam" terhadap agama. Dan dalam situasi ini, orang yang paling bertanggungjawab adalah ulama.

Cara yang paling sederhana untuk menguji klaim seseorang bahwa perbuatannya adalah perintah Tuhan adalah nilai keadilan dalam perbuatannya tersebut. Artinya, perbuatan itu adalah perintah Tuhan jika keadilan inheren di dalamnya, tidak perduli perintah itu datang darimana : kitab suci, mimpi, taqlid kepada ulama, dan lain-lain. Di dalam pengujian ini, kita mensyaratkan keadilan Tuhan di dalam perbuatan yang dianggap sebagai perintah Tuhan itu. Jika tidak, klaim itu pasti kebohongan.

Sayangnya, selama ini kita jarang diajari konsep keadilan Tuhan, kalaupun ada, terdapat pemelintiran yang bisa menjebak. Mazhab-mazhabpun beragam dalam menjelaskannya. Yang parah adalah ketika dikatakan bahwa tidak ada syarat keadilan di dalam perbuatan Tuhan, semua yang dilakukannya pasti adil. Jadi jikapun Tuhan memasukkan pendosa ke dalam surga, itu pasti adil; atau jika Tuhan memasukkan ahli ibadah ke dalam neraka, itu juga adil.

Keadilan, dalam pengertiannya yang mendasar, adalah keproporsionalan dan kepatuhan untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tapi itu bukan berarti bahwa jika Tuhan itu adil, maka kita memaksanya untuk patuh kepada keadilan. Tidak! Tuhan itu adil dalam dzatNya maka apapun yang dilakukannya adalah adil. Keadilan bersumber dari Tuhan, maka keadilanNya bukanlah sesuatu yang lain dari diriNya. Ketika kita mengatakan bahwa Tuhan pasti adil, itu bukan berarti bahwa Tuhan disyarati kepatuhan, karena yang kita syaratkan Dia patuhi adalah Dzatnya sendiri.

Nah, akal sehat mengatakan bahwa tindakan Afazuddin yang menikahi anaknya sendiri merupakan tindakan yang tidak proporsional. Jika benar itu adalah perintah Tuhan, tindakan itu telah melanggar konsep keadilan Tuhan. Ini kontradiksi. Bahkan di dalam teks agamapun yang merupakan perintah Tuhan yang diformalkan, tidak ada perintah seperti itu. Kesimpulannya, ini pasti kebohongan yang nyata. Celakanya, Tuhan telah diseret untuk melakukan kebohongan itu.

Betapa sering Tuhan diajak berbuat salah.

3 komentar:

Unknown mengatakan...

assalamu alaikum
menarik tulisan ta'
saya juga jujur merasa heran mengapa kok ada yang membawa nama tuhan tuk berbuat kerusakan !...
tapi satu hal yang pasti...mereka yg menyebut dirinya pandai ,alim, dan sok tahu ttg agama lalu berbuat semaunya....maka sebenarnya mereka itulah orang2 bodoh yang sesat tak tahu arah......
so...keep our faith always
wassalam

Anonim mengatakan...

mendekatkan diri pada ustadz ah.....mulai betah parner....

rizal mengatakan...

Kalau saya sendiri sih berpendapat, bahwa mungkin saja mereka jujur mendapat wahyu, tapi mereka salah mengira siapa yang memberi wahyu itu. Sebenarnya syetan yang membohongi mereka yang berpura-pura jadi malaikat.