Alam adalah tempat disebarkannya hikmah, seperti persemaian benih. Hikmah mengucur dari langit laiknya air hujan, karena itulah ia terserak di segala penjuru alam. Kami ingin mencari hikmah di serakan-serakan itu dan menanamnya kembali semampu kami disini, di Taman Hikmah ini.

**************

Dan, terima kasih sudah datang disini. Salama' apoleangatta...... Welcome...... Ahlan wa sahlan......




Selasa, November 13, 2007

Orang Kecil-lah Yang Besar

Pernahkah Anda memikirkan peran tukang sapu jalan? Atau membayangkan para pekerja yang mengambil sampah kita setiap hari di rumah? Atau mungkin pembantu dan baby sitter kita? Perawat? Pemadam kebakaran?

Sewaktu saya ke Makassar beberapa waktu yang lalu, ternyata di kompleks kami pengelolaan sampah sudah ditangani sendiri oleh RT. Developer yang dulu berjanji akan menangani ini, sudah angkat tangan (mungkin sudah tidak ekonomis). Akhirnya, dari jadwal pengambilan sampah seminggu tiga kali, sekarang sampah di depan rumah hanya akan diambil seminggu dua kali, itupun kadang hanya seminggu sekali. Ketika memandang tumpukan sampah di hari kelima, saya baru sadar betapa butuhnya kita tukang sampah itu. Mereka mungkin berbau busuk karena bersentuhan dengan sampah yang paling kotor setiap hari, tetapi mereka justru telah menjauhkan kita dari sampah dan penyakit yang kita takuti dengan mengorbankan dirinya sendiri. Mereka adalah lilin.

Setelah perayaan Agustusan beberapa waktu lalu, betapa kotornya jalan-jalan protokol di Balikpapan. Sewaktu musim hujan lalu ada beberapa pohon tumbang di jalan Sungai Ampal, kemacetan bisa mencapai satu kilometer. Dalam kondisi itu, ada sekelompok orang yang bekerja keras agar jalan bisa bersih kembali, agar kami juga bisa lewat lagi di jalan yang sebelumnya tertutup pohon yang tumbang. Mereka adalah petugas pembersih jalan, orang yang sering kita kecilkan setiap hari. Ketika saya lewat hari itu, hati saya berpikir, "siapa yang akan mengerjakan masalah ini jika tidak ada mereka?" Betapa pentingnya kehadiran mereka saat ini di sini.

Beberapa waktu yang lalu terjadi kebakaran di Pasar Baru. Dengan sigap, para pemadam kebakaran bekerja. Mereka bisa menyelamatkan beberapa kios, yang mungkin saja habis terbakar jika pemadaman hanya dilakukan dengan air pakai ember. Mereka sudah menyelamatkan aset, dan juga nyawa. Bukankah mereka pahlawan?

Suatu hari saya di rumah sakit di bagian gawat darurat, di suatu pagi di hari libur. Seorang calon pasien datang dalam keadaan setengah mati karena sesak nafas. Nenek itu tersiksa dan tidak ada yang bisa menolongnya di jalan, bahkan di rumahnya sendiri. Ketika masuk ke ruang gawat darurat, bukan dokter yang menyambutnya pertama, tetapi perawat. Para perawat inilah yang melakukan pertolongan pertama, menyelamatkan sang nenek jauh sebelum dokter datang. Betapa berjasanya mereka....

Teman kerja saya, kelimpungan ketika pembantunya dan baby sitternya akan resign bulan Januari nanti. Dia membayangkan siapa yang akan menemani bayinya nanti, dan siapa yang akan memasak, membersihkan rumah, dan melakukan pekerjaan domestik nanti saat mereka pergi bekerja. Dia? Tentu saja dia akan capek sepulang kerja. Dia bilang ke saya, "saya baru tahu, betapa pentingnya mereka, bukankah kita bisa bekerja karena mereka ada di rumah" begitu katanya. Ya, kita bisa bekerja karena mereka, dan mereka juga bekerja karena kita "memberinya" pekerjaan. Ternyata, posisi kita sama.

Hari ini, seorang keluarga yang telah menjaga anak saya selama dua setengah tahun, yang memberi makan dan menjaga putri pertama kami ketika kami pergi bekerja, juga akan pulang. Dia akan menikah dengan seorang lelaki tua yang menjadi pilihan orang tuanya, walau dia mengaku tidak bisa menerimanya. Tetapi dia akhirnya akan pulang juga, demi membahagiakan orang tuanya. Ketika tadi pagi dia memastikan kepulangannya, saya baru menyadari, betapa pentingnya dia bagi anak kami. Dia telah menjadi sejarah dalam dua setengah tahun pertama kehidupan putri kami. Saya bukan sedih karena kehilangannya, tetapi sedih karena sejarah anak saya itu akan menempuh lintasan yang lain. Kami pasti masih akan berkomunikasi, tetapi ada yang hilang dalam keluarga kami karena selama ini kami tidak pernah menganggapnya sebagai orang lain. Hari ini, saya sadar dengan kadar yang lebih tinggi, Timah begitu berharga buat kami. Tetapi sayang, kesadaran ini juga kemudian mengantar kepergiannya.

Orang yang selama ini sering kita anggap kecil, justru adalah orang besar.

3 komentar:

Nia mengatakan...

Jilwah nda hadiri acara pernikahannya Kakak Timah?

rizal mengatakan...

Mentong selalu menyentuh tulisanta'. Baku tukar blog dulu...
Blogku: www.penjelajahwaktu.multiply.com

Queen Athifah mengatakan...

Makasih Rizal, biasaja' ke blogta' bos...