5 Januari 2001, tujuh tahun yang lalu. Hari Jumat. Pada jam 10 pagi, lebih telat sedikit dari rencana semula, kami mengikat janji bersama, kami menikah. Di depan orang tua dan sanak saudara, kami menghalalkan diri satu sama lain dalam mitsaqan ghalidza, seperti istilah Tuhan.
Kemarin, 5 Januari 2008, tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah tujuh tahun biduk ini kami jalankan bersama. Inilah mungkin salah satu bukti teori relatifitas Einstein. Dengan sekian ragam bumbu yang menyertai perjalanan, hidup kami semakin diperindah dengan kehadiran dua bidadari kecil: Jilwah dan Naya.
Kemarin, 5 Januari 2008, tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah tujuh tahun biduk ini kami jalankan bersama. Inilah mungkin salah satu bukti teori relatifitas Einstein. Dengan sekian ragam bumbu yang menyertai perjalanan, hidup kami semakin diperindah dengan kehadiran dua bidadari kecil: Jilwah dan Naya.
(Ki-Ka: Naya dan Jilwah)
Tak ada yang istimewa dalam perayaan ulang tahun pernikahan kami kali ini. Lebih banyak ke introspeksi mestinya. Namun, tak cukup pula jika kami tidak melakukan sesuatu, sekedar menambah bumbu kebersamaan itu, biar terasa lebih nikmat.
Semalam, saya mengajak istri saya untuk memanggil kenangan.Kami keluar, ke sebuah tempat makan. Kami memilih tempat makan yangkami anggap cukup lumayan, tempat yang terdiri dari beberapa bale-bale terapung. Kami kemudian memilihi sebuah gazebo di pojok, di atassebuah kolam, yang di bawahnya ikan-ikan koi besar bermain2 dengankilatan cahaya yang berwarna-warni, seakan2 mengerti kebahagiaan kami yang membuncah malam itu. Di atas meja, lilin redup melengkapi suasana, dan lagu "Have I told U Lately" yang diputar pelan-pelan semakin melambungkan kami kembali, kembali ke delapan tahun yang lalu, saat kami saling malu ketika kenalan pertama, di pintu Satu. Ah kawan, saya jatuh cinta lagi, yang kesekian kali, dan itu untuk perempuan yang sama. Baju motif bunga yang dikenakan istri saya malam itu mewakili hati saya yang juga berbunga-bunga, dan jilbab biru muda yang mempercantik wajahnya seperti perasaan saya yang juga biru, bahagia seluas langit biru tanpa batas. Saya tiba-tiba ingat "Perempuan, Rumah Kenangan" yang baru kukhatamkan malam kemarin, saya ingat Ian dan Rahman. Tahu kawan yang terlintas di hati saya? Saya merasa menang KO 999 kali.
Ulang tahun pernikahan, ya, mestinya memang menjadi momen instrospeksi. Tuhan, temani kami untuk menjadi lebih baik.
2 komentar:
ada impresi cinta manusia biasa dan persembahannya untuk mendekati kesempurnaan jiwa...
milad pernikahan hakikatnya ikhlas menerima kesempurnaan pasangan kita walau kadang kesempurnaan itu tertahan oleh simpati yg berkurang bukan karena cinta yang tlah pergi...
yuuk kita gapai & kumpulkan simpati & rasa ikhlas pada pasangan hidup kita agar kesempurnaan kita & pasangan kita abadi hingga akhirat nanti...
Posting Komentar