Saat ini, saya sudah memiliki dua orang anak, semuanya perempuan. Tentu saja, mereka adalah anugrah tak ternilai dari Tuhan untuk keluarga kami. Kehadiran mereka telah menggenapi harapan dan kerinduan yang selama ini kami mimpikan. Mereka adalah bidadari-bidadari kecil yang datang dari langit yang menjadi tempat kami menitipkan masa depan, bukan hanya masa depan di dunia, tetapi juga masa depan di alam akhirat nanti.
Seorang teman perempuan pernah bertanya kepada saya, mungkin agak personal, "sekarang, siapa yang paling cantik menurut kamu?". Beberapa saat saya berfikir, saya harus menyiapkan jawaban yang sangat tepat. Dan selanjutnya, inilah jawaban saya.
Dulu, saat saya masih anak remaja belia, katakanlah saat di SMA, saya mungkin melihat kecantikan perempuan sangat jasadi, maksudnya lebih ke fisik. Akan tetapi, saya merasa bahwa pandangan saya tentang kecantikan itu juga mengalami perubahan. Pemahaman saya berubah sangat drastis ketika saya lebih banyak bergaul dengan orang-orang baik yang membantu saya mengenal hal-hal yang lebih substansial. Itu wajar. Dan sejak saat itu, saya mungkin mencari kecantikan sejati.
Apa itu? Orang mungkin banyak yang menyebut kecantikan hakiki adalah kecantikan dari dalam, inner beauty istilahnya. Tapi saya lebih dari itu. Kecantikan menurut saya lebih ke psikis, jiwa, dan mungkin agak klise kalau saya masukkan juga satu lagi, ruh. Kecantikan adalah kesempurnaan jiwa seorang perempuan dalam proses perjalanannya memaknai hidup. Lalu apa ukurannya? Tentu saja, kesempurnaan jiwa dan ruh seseorang, bukan hanya perempuan, akan terlihat dari sikap, ucapan dan perbuatannya. Dalam terminologi yang saya akrabi, kesempurnaan jiwa yang merefleksikan kecantikan (atau ketampanan) hakiki seseorang hanya bisa dilihat dari akhlaq-nya.
Saya tentu memilih istri saya dulu karena dia cantik, setidaknya dalam pandangan saya. Dia tentu tidak sempurna, sebagaimana saya, dalam segala hal. Tetapi mencari kesempurnaan di alam fisik ini kan sesuatu yang tidak mungkin. Saya memilih istri saya adalah karena kecantikannya dalam pengertian saya di atas. Namun yang perlu dipahami, pemilihan seharusnya mengasumsikan bahwa saat kita memilih, penentuan pilihan itu adalah titik awal dalam memulai sebuah proses panjang untuk menyempurnakan kecantikan bersama. Dan itulah komitmen awal saya bersama istri, bahwa kami sama-sama cantik, dan kami akan berproses bersama untuk menjadi lebih cantik. Ternyata, cantik itu mengalami proses penyempurnaan yang gradual, fisik juga termasuk. Saya melihat istri saya jauh lebih cantik sekarang daripada sembilan tahun yang lalu.
Ketika saya sudah memiliki anak-anak perempuan, siapakah yang paling cantik antara mereka dan ibunya? Saya jawab merekalah, tiga orang perempuan, yang paling cantik di dunia saat ini, tentu mendampingi ibu saya yang jauh sebelumnya sudah menyandang predikat tercantik sebelum istri dan anak-anak saya lahir. Ah, mana mungkin "ter" itu bisa dinisbatkan kepada beberapa orang, "ter" itu selalunya disifatkan kepada satu entitas.
Siapa bilang? Seperti yang saya sudah katakan, kecantikan tidaklah terikat kepada objek fisik. Jika kita memahami bahwa kecantikan adalah fisik saja, maka tentu penggunaan awalan "ter" pada kata tercantik harus menunjuk pada satu objek. Akan tetapi jika kita memahami bahwa kecantikan bukan fisik (saja), maka nisbat empiris tentu tidak bisa kita lekatkan. Anda tidak mungkin bisa mengukur kualitas dan tingkatan iman seseorang kepada Tuhan, karena iman itu abstrak dan bukan fisik. Dalam konteks inilah saya mendudukan kecantikan itu. Dan dengan defenisi ini pula saya dengan bangga mengatakan, perempuan tercantik di mata saya adalah istri saya dan dua anak perempuan saya, mendampingi ibu saya yang karena kecantikannyalah saya bisa lahir dan menjadi orang seperti sekarang.
Kepada perempuan, jadikanlah kecantikan sebagai identitasmu.
4 komentar:
ini sa mampir ustas
bagus lay out nya tawwah....:)
sekali biking langsung ampat..:)
keknya makanya sibuk sekali kemaren weekend ya, rupanya biking blog
:)
kenapa komennya cuman blogspotter saja, cobaki setting ki kalo bisa anonymous...:)
http://daengrusle.com
Makasih, sarannya kami tampung dan follow up hehehe
kalau anda gunakan kata "indah" maka problematika Pengobyek"an akan sirna
Konon Tuhan dijumpai dalam keindahan (estetika)
dan estetika luas wilayahnya
- sebuah lagu bisa indah, sepotong mentari senja juga. Bunga dan lukisan pun indah. Juga senyum dan perdamaian.
Kira saya - ada orang yang ber"agama"kan keindahan :p
Pak Lucas, jika keindahan bermakna kesempurnaan, atau mungkin keluasan yang tidak terdefinisikan, atau defenisi yang tidak berbatas (wah, bukan defenisi lagi dong, hehe), maka agama saya juga beragama keindahan.
Posting Komentar